Cerita reog yang terkandung di dalam
reog ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan
Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan
patihnya yang setia, Bujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri
Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima
cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Maka
terciptalah reog ponorogo. Gerakan-gerakan dalam tari reog ponorogo
menggambarkan tingkah polah manusia dalam perjalanan hidup mulai lahir, hidup,
hingga mati. Filosofinya sangat dalam.
Ada 5 komponen Penari dalam
tari Reog Ponorogo, yaitu:
1. Prabu Kelono Sewandono
Prabu Kelono Sewandono ini adalah
tokoh utama dalam tari Reog Ponorogo. Beliau digambarkan sebagai seorang Raja
yang gagah berani dan bijaksana, digambarkan sebagai manusia dengan sayap dan
topeng merah. Beliau memiliki senjata pamungkas yang disebut Pecut Samandiman.
Cinde Merah ( celana )
Jarit
Boro-boro samir
stagen
Epek timang
Sampur
Uncal
Kace
Kalung lur
Cakep
Klat bahu
Probo
Keris Blangkrak / Ladrang
Binggel
2. Patih Bujangganong
Patih bujangganong adalah patih dari
Prabu Kelono Sewandono, merupakan tokoh protagonis dalam tarian ini. Dia
digambarkan sebagai patih yang bertubuh kecil dan pendek, namun cerdik dan lincah.
Patih Bujangganong disebut juga penthulan. Penarinya tidak memakai
baju, hanya rompi berwarna merah dan topeng berwarna merah juga.
Celana dingkikkan
Embong gombyog
Stagen
Epek timang
Sampur merah dan kuning
Rompi merah garis hitam
Binggel
3. Jathil atau Jathilan
adalah sepasukan prajurit wanita berkuda.
Dalam tari Reog Ponorogo, penari
Jathil adalah wanita. Mereka digambarkan sebagai prajurit wanita yang cantik
dan berani. Kostum yang dikenakan penari Jathil adalah kemeja satin putih sebagai
atasan dan jarit batik sebagai bawahan. Mereka mengenakan udheng sebagai
penutup kepala dan mengendarai kuda kepang (kuda-kudaan yang terbuat dari
anyaman bambu).
Celana dingkikkan
Jarit parang barong
Boro-boro samir
Stagen
Epek timang
Sampur merah dan kuning
Hem putih lengan panjang
Kace
Gulon ter
Srempang
Binggel
4. Warok
Warok adalah pasukan Kelono
Sewandono yang digambarkan sebagai orang yang sakti mandraguna dan kebal
terhadap senjata tajam. Penari warok adalah pria dan umumnya berbadan besar.
Warok dibagi menjadi dua, yaitu warok tua dan warok muda. Perbedaan mereka
terletak pada kostum yang dikenakan, dimana warok tua mengenakan kemeja putih,
sedangkan warok muda tidak mengenakan apa-apa selain penadhon dan tidak membawa
tongkat. Senjata pamungkas para warok adalah tali kolor warna putih yang
tebal. mengenakan baju hitam-hitam (celana gombrong hitam dan baju hitam
yang tidak dikancingkan) yang disebut *Penadhon.
Celana kombor hitam
Jarit latar ireng
Stagen
Epek timang
Kolor
Udeng / iket => modang, jinjen ( warok tua ) dan
tapak doro, debleng mondholan ( warok muda)
Waktung
Keris
Hem putih lengan panjang
Jam kantong ( jam gandul )
Tongkat
Sandal
5. Pembarong
Pembarong adalah penari yang
memiliki peranan paling penting dalam tari Reog Ponorogo. Pembarong adalah
penari yang nantinya akan membawa Dadak Merak (topeng kepala singa dengan
hiasan burung merah dan bulunya di atas kepala singa) yang tingginya satu
setengah meter. Pembarong mengenakan celana panjang hitam dan baju kimplong
(baju yang hanya punya satu cantelan bahu) dan harus menggigit kayu di bagian
dalam kepala singa untuk mengangkat Dadak Merak. Seorang pembarong haruslah
orang yang sangat kuat, karena dia harus bisa menundukkan Dadak Merak hingga
menyentuh lantai dan mengangkatnya lagi ke posisi tegak. Dadak Merak
disimbolkan sebagai Singobarong, dan secara umum Dadak Merak inilah yang
membuat tari Reog Ponorogo menjadi sangat unik, karena bentuk topengnya yang
sangat besar dan khas serta adanya filosofi di dalamnya.
Reogadalah
salah satu kesenian dari Jawa Timur. Ada
2 versi tentang sejarah reog ponorogo. Yang pertama versi Kerajaan Bantarangin
dan yang kedua versi Ki Ageng Kutu. Menurut versi Kerajaan Bantarangin ada 4
tokoh yaitu :
1. Singo barong
2. Jathilan
3. Bujangganong
4. Klonosewandono
Dan menurut versi Ki Ageng Kutu ada 2 tokoh yaitu :
1. Singo barong
2. Jathilan
Dulunya Ki Ageng Kutu adalah seorang abdi dalem
kerajaan Majapahit. Tapi karena ia murka Raja Majapahit saat itu atau Raja
Kerthabumi mengusir Ki Ageng Kutu sari kerajaan . Setelah itu Ki Ageng Kutu
bingung karena ia tidak tau harus kemana. Setelah itu Ki Ageng Kutu sampai di
Kota Ponorogo tepatnya di desa kutu kecamatan jetis. Akhirnya ia mendirikan
sebuah padepokan reog. Suatu saat dia berniat untuk membalas dendam dengan
menyindir Raja dan Permaisurinya melalui suatu pertunjukan reog.Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai
"Singa barong",
raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan
pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.
Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi
kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi
perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut
merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat
topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan
giginya.
Jathil
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah
satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan
ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini
dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya
saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda
ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.Jathilan ini pada mulanya
ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita
yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an
ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya
Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih
feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih
cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak
tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
Barongan
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari
yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain;
Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan
ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu
dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak
sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap
terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan
aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran
panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50
kilogram.
Bujangganong
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom
adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam
seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu
oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang
Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Klonosewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang
raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat
ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang
tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam
gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono
berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti
permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan
tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.