REOG
1. Singo barong
2. Jathilan
3. Bujangganong
4. Klonosewandono
Dan menurut versi Ki Ageng Kutu ada 2 tokoh yaitu :
1. Singo barong
2. Jathilan
Dulunya Ki Ageng Kutu adalah seorang abdi dalem
kerajaan Majapahit. Tapi karena ia murka Raja Majapahit saat itu atau Raja
Kerthabumi mengusir Ki Ageng Kutu sari kerajaan . Setelah itu Ki Ageng Kutu
bingung karena ia tidak tau harus kemana. Setelah itu Ki Ageng Kutu sampai di
Kota Ponorogo tepatnya di desa kutu kecamatan jetis. Akhirnya ia mendirikan
sebuah padepokan reog. Suatu saat dia berniat untuk membalas dendam dengan
menyindir Raja dan Permaisurinya melalui suatu pertunjukan reog.Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai
"Singa barong",
raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan
pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.
Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi
kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi
perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut
merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat
topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan
giginya.
Jathil
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah
satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan
ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini
dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya
saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda
ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.Jathilan ini pada mulanya
ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita
yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an
ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya
Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih
feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih
cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak
tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
Barongan
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari
yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain;
Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan
ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu
dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak
sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap
terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan
aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran
panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50
kilogram.
Bujangganong
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom
adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam
seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu
oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang
Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Klonosewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang
raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat
ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang
tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam
gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono
berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti
permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan
tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
0 Response to " "
Posting Komentar